Apakah Tari Sekapur Sirih itu?

Tari Sekapur Sirih adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Jambi. Tarian ini termasuk jenis tarian penyambutan yang biasanya ditarikan oleh para penari wanita. Dengan berpakaian adat serta diiringi oleh alunan musik pengiring, mereka menari dengan gerakannya yang lemah lembut dan membawakan cerano sebagai tanda persembahan. Tari Sekapur Sirih merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di daerah Jambi dan biasanya ditampilkan untuk menyambut kedatangan tamu terhormat yang berkunjung ke sana.

Sejarah Tari Sekapur Sirih

Menurut sejarahnya, Tari Sekapur Sirih pertama kali diciptakan oleh salah satu seniman yang cukup terkenal di Jambi, bernama Firdaus Chatap. Kemudian tarian ini diperkenalkan kepada masyarakat luas tahun 1962. Karena pada saat itu masih merupakan gerakan dasar, beberapa seniman mulai mengembangkan tarian ini. Dengan mengkolaborasikan dengan iringan musik dan lagu, sehingga membuatnya semakin menarik dan semakin populer dikalangan masyarakat.

Fungsi Dan Makna Tari Sekapur Sirih

Tari Sekapur Sirih ini difungsikan sebagai tarian selamat datang untuk menyambut para tamu terhormat yang datang ke sana. Tarian ini dimaknai sebagai sikap keterbukaan masyarakat dalam menyambut para tamu yang datang ke sana. Selain itu, Tari Sekapur Sirih juga dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan masyarakat dalam menyambut para tamu tersebut.

Pertunjukan Tari Sekapur Sirih

Tari Sekapur Sirih umumnya ditampilkan oleh para penari wanita, namun ada juga yang menambahkan penari pria sebagai penari pendukung. Untuk jumlah penari pada biasanya terdiri dari 9 penari wanita dan 3 penari pria. Para penari pria ini biasanya berperan sebagai pengawal dan pembawa payung. Sedangkan penari wanita berperan sebagai penari utamanya.

Gerakan dalam tarian ini didominasi oleh gerakan yang lemah lembut dari para penari. Gerakan dalam tarian ini dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya gerakan melenggang, sembah tinggi, merentang kepak, bersolek, dan gerakan berputar. Sedangkan untuk pola lantai yang dimainkan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dan tempat pementasan.

Salah satu keunikan dalam tarian ini adalah proses penyambutannya yang dikemas dalam tarian. Di akhir tarian biasanya para penari akan menyuguhkan cerano berisi sekapur sirih kepada tamu terhormat dan meminta mereka untuk mencicipinya. Hal ini dilakukan sebagai symbol atau bukti bahwa para tamu tersebut menerima sambutan selamat datang dari masyarakat.

Pengiring Tari Sekapur Sirih

Dalam pertunjukan Tari Sekapur Sirih biasanya diiringi oleh alunan musik tradisional seperti gambus, rebana, biola, gendang, gong, serta kordeon. Musik tradisional tersebut dimainkan secara apik oleh para pengiring dengan irama melayu yang khas, sesuai dengan lagu daerah yang dinyanyikan. Selain sebagai pengiring, alunan musik tersebut biasanya menjadi acuan untuk para penari dalam melakukan gerakan dan menentukan perubahan geraknya.

Kostum Tari Sekapur Sirih

Kostum yang digunakan para penari dalam Tari Sekapur Sirih ini biasanya adalah busana tradisional. Busana tersebut biasanya terdiri dari baju kurung dan kain songket khas Jambi. Pada bagian kepala penari biasanya menggunakan sanggul lipat pandan, sunting beringin, dan kembang goyang. Sedangkan untuk aksesoris biasanya terdiri dari teratai, pending, gelang dan selendang yang digunakan untuk menari.

Perkembangan Tari Sekapur Sirih

Dalam perkembangannya, Tari Sekapur Sirih masih terus dilestarikan dan dikembangkan hingga sekarang. Berbagai kreasi dan variasi juga sering ditampilkan dalam setiap pertunjukannya agar telihat menarik, namun tidak meninggalkan ciri khas serta keasliannya. Tarian ini juga masih sering ditampilkan dalam acara penyambutan tamu penting di Jambi. Walaupun sebenarnya di Jambi masih ada beberapa jenis tarian penyambutan lainnya, namun Tari Sekapur Sirih masih tetap menjadi tarian utama karena nilai-nilai dan filosofi yang ada didalamnya.

Sekian pengenalan tentang “Tari Sekapur Sirih Tarian Tradisional Dari Jambi”. Semoga bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan anda tentang kesenian tradisional di Indonesia.

sumber :  http://www.negerikuindonesia.com/2015/11/tari-sekapur-sirih-tarian-tradisional.html


Apakah Tari Perang itu?

Tari Perang adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Papua Barat. Tarian ini menggambarkan jiwa kepahlawanan dan kegagahan masyarakat Papua. Biasanya tarian ini dibawakan oleh para penari pria dengan berpakaian adat dan membawa panah sebagai atribut menarinya. Tari Perang merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Papua Barat dan sering ditampilkan di berbagai acara, baik acara adat, hiburan, maupun budaya.
Sejarah Tari Perang

Konon Tari Perang dulunya dilakukan oleh masyarakat Papua barat, khususnya para prajurit sebelum menuju medan perang. Menurut catatan sejarah yang ada, di Papua pada zaman dahulu sering terjadi peperangan antar suku, salah satunya adalah perang suku di Sentani. Tarian ini kemudian dilakukan setiap suku untuk memberikan semangat dan membangkitkan keberanian para pasukan yang akan bertempur. Namun, seiring dengan sudah tidak adanya perang antar suku, tarian ini kemudian difungsikan sebagai tarian pertunjukan atau tarian penyambutan.

Fungsi Dan Makna Tari Perang
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Tari Perang dulu sering dilakukan oleh masyarakat Papua sebelum mereka menuju medan perang. Namun kini Tari Perang lebih difungsikan sebagai tarian penyambutan maupun tari pertunjukan. Tarian ini dimaknai sebagai penghormatan kepada para pahlawan dan para leluhur yang sudah berjuang serta mempertahankan tanah air mereka. Selain itu apabila dilihat dari segi pertunjukannya, Tari Perang ini juga menggambarkan keberanian, kegagahan dan jiwa kepahlawanan masyarakat Papua.

Pertunjukan Tari Perang
Tari Perang biasanya dibawakan oleh para penari pria secara berkelompok. Jumlah penari dalam Tari Perang ini biasanya terdiri dari 7 orang penari atau lebih. Dalam pertunjukannya, para penari menari dengan memakai pakaian tradisional dan membawa panah sebagai atribut menari mereka. Dengan diiringi oleh suara genderang musik tradisional dan lantunan lagu perang, para penari menari dengan gerakannya yang khas penuh semangat layaknya prajurit yang akan menuju medan perang.
Gambar : Pertunjukan Tari Perang
Gerakan dalam Tari Perang ini sangat unik, bervariatif dan enerjik. Gerakan dalam Tari Perang biasanya didominasi oleh gerakan tangan memainkan panah. Pada tangan kiri memegang busur panah dan tangan kanan membawa anak panah. Serta gerakan kaki diayunkan ke depan dan gerakan kaki menyilang. Dalam Tari Perang ini biasanya terbagi menjadi beberapa bagian tari, dan setiap bagian tersebut tentu memiliki makna khusus di dalamnya.

Pengiring Tari Perang
Dalam pertunjukan Tari Perang biasanya diiringi oleh genderang musik tradisional seperti tifa dan alat musik tiup seperti kerang. Untuk irama yang dimainkan merupakan irama perang yang penuh semangat. Selain itu dalam tarian ini juga diiringi oleh lantunan lagu-lagu atau sorakan yang menggambarkan semangat para prajurit sebelum menuju medan perang.

Kostum Tari Perang
Untuk kostum yang digunakan para penari merupakan busana tradisional daerah Papua. Busana tersebut terdiri dari rok yang terbuat dari akar dan daun-daun yang dipasang di pinggang para penari. Kemudian pada bagian kepala, penari menggunakan ikat kepala khas Papua. Sedangkan  untuk aksesoris terdiri dari kalung yang terbuat dari manik-manik serta gelang yang terbuat dari bulu-bulu. Selain itu, badan para penari biasanya dicat atau digambari dengan motif khas Papua.

Perkembangan Tari Perang
Dalam perkembangannya, Tari Perang masih dilestarikan dan dikembangkan hingga sekarang. Berbagai kreasi dan variasi juga sering ditambahkan disetiap pertunjukannya, baik dalam segi gerak, kostum, musik pengiring, maupun bentuk pertunjukan. Hal ini dilakukan agar terlihat menarik, namun tidak meninggalkan ciri khas dan keasliannya.
Tari Perang juga sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu penting, acara adat, maupun acara hiburan. Selain itu, Tari Perang juga sering ditampilkan di berbagai acara budaya seperti pertunjukan seni, festival budaya, dan promosi pariwisata. Hal ini tentu dilakukan sebagai usaha melestarikan dan memperkenalkan kepada para generasi muda maupun masyarakat luas akan Tari Perang ini.
Sekian pengenalan tentang “Tari Perang Tarian Tradisional Dari Papua Barat”. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan anda tentang kesenian tradisional di Indonesia.
 
sumber :  http://www.negerikuindonesia.com/2015/11/tari-perang-tarian-tradisional-dari.html
Tari Topeng adalah tarian yang penarinya mengenakan topeng. Topeng telah ada di dunia sejak zaman pra-sejarah. Secara luas digunakan dalam tari yang menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi berbagai kegiatan seni dan adat sehari-hari.

Cerita klasik Ramayana dan cerita Panji yang berkembang sejak ratusan tahun lalu menjadi inspirasi utama dalam penciptaan topeng di Jawa. Topeng-topeng di Jawa dibuat untuk pementasan sendratari yang menceritakan kisah-kisah klasik tersebut.



Tarian tradisional satu ini merupakan salah satu tarian klasik yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Namanya adalah Tari Kipas Pakarena.
Apakah Tari Kipas Pakarena itu?

Tari Kipas Pakarena adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Gowa, Sulawesi Selatan. Tarian ini dibawakan oleh para penari wanita dengan berbusana adat dan menari dengan gerakannya yang khas serta memainkan kipas sebagai atribut menarinya. Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Sulawesi Selatan, terutama di daerah Gowa. Tarian ini sering ditampilkan di berbagai acara yang bersifat adat maupun hiburan, bahkan Tari Kipas Pakarena ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata di Sulawesi Selatan, khususnya di daerah Gowa.
Sejarah Tari Kipas Pakarena
Menurut sejarahnya, Tari Kipas Pakarena ini merupakan salah satu tarian peninggalan Kerajaan Gowa di daerah Gowa, Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa ini dulunya pernah berjaya di sulawesi bagian selatan sampai berabad-abad. Sehingga kebudayaan yang ada pada saat itu sangat mempengaruhi corak budaya masyarakat Gowa saat ini, salah satunya adalah Tari Kipas Pakarena. Nama Tari Kipas Pakarena ini dambil dari kata “karena” yang berarti “main”. Sehingga tarian ini juga dapat diartikan sebagi tarian yang memainkan kipas. Tarian ini kemudian diwariska turun temurun hingga menjadi suatu tradisi yang masih dipertahankan hingga sekarang.
Asal usul dari Tari Kipas Pakarena ini masih belum bisa diketahui secara pasti. Namun menurut mitos masyarakat disana, tarian ini berawal dari kisah perpisahan antara penghuni boting langi (khayangan) dan pengguni lino (bumi) pada zaman dahulu. Konon sebelum mereka berpisah, penghuni boting langi sempat mengajarkan bagaimana menjalani hidup seperti bercocok tanam, beternak, dan berburu pada penghuni lino. Ajaran tersebut mereka berikan melalui gerakan-gerakan badan dan kaki. Gerakan tersebut kemudian dipakai penghuni lino sebagai ritual adat mereka

Fungsi Dan Makna Tari Kipas Pakarena
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Tari Kipas Pakarena ini biasanya ditampilkan sebagai hiburan maupun bagian dari upacara adat. Bagi masyarakat Gowa, tarian ini memiliki nilai yang sangat penting dan makna khusus di dalamnya. Salah satunya adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas kebahagiaan yang mereka dapatkan, hal tersebut mereka ungkapkan lewat setiap gerakan para penari. Selain itu tarian ini juga menggambarkan ekspresi kelembutan, kesantunan, kesucian dan penuh kasih dari para wanita, hal tersebut bisa dilihat dari gerakan para penari yang lemah lembut.

Pertunjukan Tari Kipas Pakarena
Dalam pertunjukan Tari Kipas Pakarena biasanya ditampilkan oleh 5-7 orang penari wanita. Dengan berbusana adat dan diiringi musik pengring, mereka menari dengan gerakan lemah gemulai sambil memainkan kipas lipat di tangan mereka. Gerakan dalam Tari Kipas Pakarena ini sangat khas dan tentu memiliki makna tersendiri di dalamnya.
Gerakan dalam Tari Kipas Pakarena sebenarnya dibagi menjadi beberapa bagian, namun hal tersebut terkadang sulit dibedakan karena pola gerak tarian ini cenderung mirip. Gerakan dalam tarian ini biasanya didominasi oleh gerakan tangan memainkan kipas lipat dan tangan satunya yang bergerak lemah lembut. Selain itu gerakan badan yang mengikuti gerakan tangan dan gerkan kaki yang melangkah.
Dalam Tari Kipas Pakarena ini juga memiliki beberapa aturan atau pakem di dalamnya. Salah satunya adalah para penari tidak diperkenankan untuk membuka mata terlalu lebar dan mengangkat kaki terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan aspek kesopanan dan kesantunan sangat diutamakan dalam tarian ini. sehingga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan hati yang tulus.

Pengiring Tari Kipas Pakarena
Dalam pertunjukan Tari Kipas Pakarena biasanya diiringi oleh alat musik tradisional yang sering disebut dengan gondrong rinci. Gondrong rinci ini merupakan musik tradisional yang terdiri dari gendrang dan seruling. Musik pengiring ini biasanya dimaikan oleh 4-7 orang pemain musik. Salah satu pemusik biasanya memainkan seruling dan yang lainnya memainkan gendrang dengan cara yang berbeda-beda sehingga menghasilkan suara yang padu. Dalam tarian ini walaupun penari menari dengan gerakan yang lemah lembut, namun irama yang dimainkan musik pengiring bertempo cepat. Hal inilah yang menjadi salah satu keunikan dari Tari Kipas Pakarena ini.

Kostum Tari Kipas Pakarena
Kostum yang digunakan para penari biasanya merupakan busana  adat khas Gowa. Para penari biasanya menggunakan baju longgar, kain selampang, dan kain sarung khas Sulawesi Selatan. Pada bagian kepala, rambut penari biasanya dikonde dan dihiasi dengan tusuk berwarna emas serta bunga-bunga. Penari juga dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti gelang, kalung dan anting yang khas. Selain itu tidak lupa penari juga membawa kipas lipat yang digunakan untuk menari.

Perkembangan Tari Kipas Pakarena
Walaupun merupakan tarian yang sudah ada sejak lama, Tari Kipas Pakarena masih terus dipertahankan dan dikembangkan hingga sekarang. Tarian ini masih sering ditampilkan di berbagai acara baik acara adat maupun acara hiburan. Selain itu tarian ini juga sering ditampilkan di acara budaya seperti pertunjukan tari, festival budaya dan promosi wisata. Dalam perkembangannya, berbagai kreasi dan variasi juga sering ditambahkan dalam pertunjukannya. Hal ini tentu dilakukan agar terlihat lebih menarik, namun tidak meninggalkan ciri khas dan pakem yang ada didalamnya.
Sekian pengenalan tentang “Tari Kipas Pakarena Tarian Tradisional Dari Sulawesi Selatan”. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan anda tentang kesenian tradisional di Indonesia.
 
sumber :  http://www.negerikuindonesia.com/2015/10/tari-kipas-pakarena-tarian-tradisional.html

Suku Dayak memiliki berbagai tarian yang berbeda - beda fungsinya. Di Kalimantan barat sendiri memiliki tarian yang di sebut dengan Tari Monong.
Kalimantan barat
Apakah Tari Monong itu? Yuk kita cari tahu!

Tari Monong adalah salah satu tarian tradisional suku Dayak di Kalimantan barat. Tari Monong juga sering di sebut sebagai tari manang. Tarian ini merupakan tarian penyembuhan atau tarian penolak penyakit yang di lakukan saat warganya terkena penyakit. 
Tarian Monong awalnya merupakan tarian penyembuhan yang di lakukan oleh para dukun suku Dayak dengan membacakan mantra sambil menari. Dalam tarian ini juga di ikuti oleh anggota keluarga dari yang sakit dan di pimpin oleh seorang dukun. Tarian Monong merupakan ritual yang di lakukan untuk memohon penyembuhan kepada Tuhan agar warga yang sakit di berikan kesembuhan. Namun seiring dengan perkembangan jaman, tarian ini tidak hanya di gunakan sebagai tarian penyembuhan saja, namun juga sebagai sarana hiburan sebagai pelestarian kesenian tradisional suku Dayak.
Gerakan dalam Tari Monong lebih menekankan pada gerakan saat dukun melakukan ritual penyembuhan. Gerakan tersebut adalah gerakan saat dukun melakukan pembacaan mantra dan menari pada saat ritual berlangsung, sehingga tarian ini sangat kental dengan nuansa mistis.
Dalam pertunjukannya, Penari di balut dengan busana khas suku Dayak di Kalimantan barat. Penari juga di lengkapi dengan berbagai alat yang di gunakan untuk ritual. Dalam tarian ini juga di iringi oleh berbagai alat music tradisional suku Dayak agar suasana pertunjukan lebih hidup.
Dalam perkembanganya, Tari Monong tidak hanya di gunakan untuk ritual saja, namun juga di gunakan sebagai hiburan masyarakat. Tentunya dalam transformasi itu banyak kreasi dan variasi dalam gerakan saat pertunjukannya. Kreasi tersebut di lakukan untuk melestarikan kesenian tradisional suku Dayak di Kalimantan barat, selain itu juga agar pertunjukan terlihat menarik, namun tetap tidak menghilangkan nilai - nilai di dalamnya. tarian ini sering di pertunjukan pada saat acara adat seperti Bemanang/Balian, penyambutan tamu, dan juga di festival budaya.
Nah cukup sekian pengenalan tentang Tari Monong tarian tradisioanal dari Kalimantan barat. semoga dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan anda tentang tarian tradisional di Indonesia.
 
sumber : http://www.kamerabudaya.com/2016/12/tari-monong-tarian-tradisional-suku-dayak-di-kalimantan-barat.html


Foto Kontributor Tari Zapin - Gallery (4)
Zapin adalah khazanah tarian rumpun Melayu yang menghibur sekaligus sarat pesan agama dan pendidikan. Tari ini memiliki kaidah dan aturan yang tidak boleh diubah namun dari masa ke masa namun keindahannya tak lekang begitu saja. Nikmati dendang musik dan syairnya yang legit bak sajian megah langit biru dan jernihnya laut di Kepulauan Riau
Tari zapin dikembangkan berdasarkan unsur sosial masyarakat dengan ungkapan ekspresi dan wajah batiniahnya. Tarian ini lahir di lingkungan masyarakat Melayu Riau yang sarat dengan berbagai tata nilai. Tarian indah dengan kekayaan ragam gerak ini awalnya lahir dari bentuk permainan menggunakan kaki yang dimainkan laki-laki bangsa Arab dan Persia. Dalam bahasa Arab, zapin disebut sebagai al raqh wal zafn. Tari Zapin berkembang di Nusantara bersamaan dengan penyebaran agama Islam yang dibawa pedagang Arab dari Hadramaut.
Tari zapin tertua di Indonesia tercatat ada di Flores, Nusa Tenggara Timur, Ternate dan Ambon, serta rupanya juga berkembang di Pontianak, Kalimantan dengan sebutan Japin. Di Indonesia bagian Barat, tari zapin awalnya dikenal di Jambi baru kemudian tumbuh di Riau dan kepulauan sekitarnya. Di Riau tari zapin awalnya hanya dilakukan penari lelaki dapat mengangkat status sosialnya di masyarakat. Saat itu penarinya akan menjadi incaran para orang tua untuk dijodohkan kepada anak perempuannya.
Zapin mempertontonkan gerak kaki cepat mengikuti hentakan pukulan pada gendang kecil yang disebut marwas. Harmoni ritmik instrumennya semakin merdu dengan alat musik petik gambus. Karena mendapat pengaruh dari Arab, tarian ini memang terasa bersifat edukatif tanpa menghilangkan sisi hiburan. Ada sisipan pesan agama dalam syair lagunya. Biasanya dalam tariannya dikisahkan keseharian hidup masyarakat melayu seperti gerak meniti batang, pinang kotai, pusar belanak dan lainnya. Anda akan melihat gerak pembuka tariannya berupa gerak membentuk huruf alif (huruf bahasa Arab) yang melambangkan keagungan Tuhan.
Awalnya tari zapin hanya ditarikan penari lelaki tetapi namun penari perempuan juga ditampilkan. Kadang juga tampil penari campuran laki-laki dengan perempuan. Dahulu tari zapin ditarikan di atas tikar madani dan tikar tersebut tidak boleh bergoyang atau bergeser sedikitpun sewaktu menarikan tari zapin tersebut.
Gerak dan ritme tari zapin merupakan media utama untuk mengungkapkan ekspresi penarinya. Darinya Anda dapat meresapi pengalaman kehidupan, peristiwa sejarah, dan keadaan alam yang menjadi sumber gerak dalam tari zapin.
Kostum dan tata rias para penari zapin lelaki mengenakan baju kurung cekak musang dan seluar, songket, plekat, kopiah, dan bros. Sementara untuk penari perempuan berupa baju kurung labuh, kain songket, kain samping, selendang tudung manto, anting-anting, kembang goyang, kalung, serta riasan sanggul lipat pandan dan conget.
Foto Kontributor Tari Zapin - Gallery (3)
Tari zapin meski sempat diklaim menjadi bagian dari hak milik salah satu negara tetangga tetapi nyatanya tarian ini telah berkembang sejak dahulu di banyak daerah di Nusantara dan salah satunya di Kepulauan Riau. Tarian ini tumbuh dalam sejarahnya di beberapa tempat seperti Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Barat (Minang Kabau), Lampung, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bengkulu, dan Jakarta (Betawi). Nama tari zapin sedikit berbeda di berbagai tempat, seperti di Nusa Tenggara dinamai dana-dani, di Kalimantan bernama jepin, di Sulawesi disebut jippeg, di Jawa dinamakan zafin, di Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu disebut dana, lalu di Maluku bernama jepen, serta di Sumatera dan Riau dinamai zapin.
Anda dapat menikmati tari zapin di Kepulauan Riau salah satunya di Pulau Penyengat. Di sini tarian memukau tersebut telah berkembang sejak 1813. Untuk mencapai Pulau Penyengat yang memiliki luas sekira 2.500 meter x 750 meter ini jarak yang perlu ditempuh dari Kota Tanjung Pinang adalah sejauh 6 km. Pulau Penyengat Inderasakti dapat dituju menggunakan perahu bot (bot pompong).
 
sumber :  https://faisalperwiraa.wordpress.com/tarian-zapin-melayu-riau/
Tari randai kesenian tari dari Sumatera Barat
Tari randai adalah salah satu tarian terunik di Sumatra Barat, karena memiliki unsur gabungan beberapa seni yang berbeda dalam gerakan dan formasinya.

Tari Randai Gabungan Tarian, Seni Tutur dan Silat
Tarian di Sumatra Barat tidak hanya terdiri dari tari-tarian berupa gerakan dengan musik, namun bisa mengandung banyak unsur. Tari randai, contohnya, merupakan tarian yang sangat unik karena sebenarnya bukan sekedar sebuah tarian dengan gerakan dan musik seperti umumnya tarian, namun terdiri dari berbagai unsur seni seperti seni tutur, drama, musik dan bahkan bela diri tradisional.

Karena sifatnya, tari randai biasanya ditarikan berkelompok, dimana ada beberapa orang yang biasanya menjadi ‘pemeran utama’ dan yang lainnya sebagai pendukung cerita serta untuk meramaikan tarian agar lebih meriah. Gabungan musik yang menarik, gaya bertutur yang atraktif, gerakan-gerakan tarian dan silat yang dinamis serta cerita yang dibawakan membuat tari randai terlihat semakin indah dan eksotis.

Kisah dalam Randai
Karena merupakan gabungan antara seni tari dan tutur, tarian ini harus dimainkan beberapa orang sebagai pemeran karakter dan satu orang pemandu (seperti narrator) yang disebut janang. Kebanyakan pemainnya adalah laki-laki, dan para penarinya membentuk lingkaran dan melakukan gerakan-gerakan tarian serta sandiwara sesuai perannya. Kisah yang dibawakan juga tak jauh-jauh dari cerita rakyat dengan pesan moral seperti Cindua Mato atau Malin Deman.

Dulu, biasanya tari randai digunakan untuk membawakan cerita dalam bentuk syair, namun kini jika menontonnya, akan terlihat bahwa gaya penceritaan tarian ini lebih banyak mengarah ke gaya sandiwara modern, dengan karakter dan pemeran berbeda. Apapun cerita yang disampaikan, kerapkali ada pesan moralnya sehingga penonton mendapat sesuatu yang berbeda.

Kapan Tarian Ini Dibawakan?
Tari randai kini kerap dibawakan saat ada acara yang diselenggarakan saat Idul Fitri, karena bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyampaikan moral cerita yang berkaitan dengan teladan baik. Selain itu, cerita ini juga sering dijadikan sarana untuk menyampaikan berbagai cerita yang berkaitan dengan kondisi aktual di masyarakat. Seni silat yang ditampilkan di dalam tarian ini juga merupakan sarana untuk melestarikan kesenian bela diri tradisional.

Tari randai merupakan salah satu tarian paling unik dan berwarna-warni yang ada di dalam kebudayaan Minang, lengkap dengan berbagai seni yang digabungkan menjadi pertunjukan yang apik.

sumber : http://www.pelangiholiday.com/2014/01/tari-randai-kesenian-tari-sumatera-barat.html